Sponsor Links

Monday, June 11, 2007

PERGURUAN TINGGI SWASTA DI YOGYAKARTA

PERGURUAN TINGGI SWASTA
DI YOGYAKARTA

Oleh
Wajiran
(Dosen dan Panitia PMB
di sebuah Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta)

Masa penerimaan mahasiswa baru sudah dimulai saat ini. Disaat seperti inilah panitia PMB (Peneriamaan Mahasiswa Baru) di seluruh perguruan tinggi (PT) yang ada di yogyakarta berharap-harap cemas apakah mereka akan mendapatkan mahasiswa sebagaimana yang diharapkan. Terutama bagi perguruan tinggi swasta, yang keberlanjutannya sangat bergantung pada jumlah mahasiswanya. Semakin menurunnya jumlah calon mahasiswa luar daerah yang datang ke Yogyakarta menjadikan PT harus berkerja keras untuk meningkatkan jumlah mahasiswanya. Berbagai hal dilakukan untuk menjaring mahasiswa sebanyak-banyaknya. Pemasangan iklan di media massa baik di televisi, radio, koran, majalah maupun web site, merupakan strategi untuk menarik minat calon mahasiswa.
Banyaknya Jumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Yogyakarta ini, menjadikan persaingan antar perguruan tinggi cukup ketat. Ada sekitar 103 PTS yang setiap tahun berkompetisi memperebutkan calon mahasiswa. Akibat begitu ketatnya persaingan, terkadang PT melakukan segala cara untuk mendapatkan mahasiswa. Penawaran biaya kuliah yang murah, waktu yang bisa dipersingkat dan jaminan penempatan kerja merupakan jargon yang sering digunakan untuk menggaet calon mahasiswa. Bahkan diindikasikan adanya kecurangan dengan mekanisme perkuliahan tanpa kehadiran di kelas. Mahasiswa cukup membayar dan langsung bisa ujian. Tidak cukup sampai disitu ada juga yang melakukan praktek jual beli nilai.
Tindakan-tindakan seperti diatas tentu bisa memperburuk citra pendidikan di Yogyakarta. Seperti kasus tidak diakuinya ijazah yang dikeluarkan oleh salah satu PTS, di lembaga pemerintah maupun swasta mengindikasikan adanya penyimpangan PTS yang ada di kota ini. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap menurunnya kepercyaan masyarakat terhadap PTS di yogyakarta. Jika demikian maka habislah sudah citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan atau kota pelajar.
Jumlah mahasiswa asal daerah yang datang ke kota Yogyakarta sangat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut data yang ada di Bank Indonesia menyebutkan bahwa setiap tahun mahasiswa dari luar daerah yang datang ke Yogyakarta minimal 35.000. Dari jumlah minimal ini uang belanja yang masuk ke daerah adalah 2,94 trilyun atau sekitar 17% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), (Gratra, 29 Mei 2004). Dengan jumlah pemasukan yang dimikian besar, maka pemerintah semaksimal mungkin harus berusaha meningkatkan calon mahasiswa dari luar daerah.
Kenyataan yang mengkhawatirkan saat ini adalah jumlah calon mahasiswa yang datang ke kota ini mengalami penurunan yang sangat signifikan. Berkurangnya jumlah mahasiswa itu bisa dilihat dari semakin menurunya jumlah mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Bahkan sudah banyak PTS yang kekurangan mahasiswa. Dari sekitar 103 PTS yang ada di Yogyakarta mungkin tidak lebih dari 10 PT yang terpenuhi kwota mahasiswa barunya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah mahasiswa di Yogyakarta. Diantaranya adalah; berdirinya perguruan tinggi daerah, suksesnya program KB, meningkatnya angka kemiskinan termasuk mahalnya kebutuhan hidup.
Berdirinya perguruan tinggi daerah tentu akan mengurangi calon mahasiswa yang akan datang ke Yogyakarta. Selain biaya lebih murah faktor pengawasan orang tua pun lebih efektif. Menempuh pendidikan di daerah sendiri tidak membutuhkan banyak biaya. Pengeluaran bulanan dari biaya transportasi, pemondokan dan tentunya biaya kebutuhan sehari-hari terkurangi. Disamping itu juga orang tua bisa mengawasi aktivitas anaknya setiap saat. Dengan begitu dampak negatif dari pergaualan mudah untuk ditanggulangi.
Selain berdirinya pt daerah, kesuksesan program KB turut mempengaruhi jumlah calon mahasiswa yang datang ke kota ini. Program KB yang dicanangkan sejak era Orde Baru itu telah mengurangi jumlah kelahiran anak yang cukup signifikan. Meskipun hal ini tidak secara langsung berpengaruh pada pt tetapi penurunan jumlah anak juga mengakibatkan penururan jumlah calon mahasiswa.
Hal yang paling orgen terhadap penurunan jumlah mahasiswa adalah faktor ekonomi. Semakin sempitnya kesempatan kerja dan krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia tentu berakibat pada rendahnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini tentu turut memberikan dampak pada kemampuan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Walhasil banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Menurut laporan Dikti Muhamadiyah beberapa bulan yang lalu, menunjukan bahwa tidak ada 30% dari seluruh penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi.
Ketiga faktor di atas merupakan faktor riil yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Namun satu lagi faktor yang turut mempengaruhi menurunnya minat calon mahasiswa luar daerah datang ke kota ini adalh faktor menjamur pergaulan bebas di kota ini. Kekhawatiran orang tua terhadap lingkungan Yogyakarta yang sudah tidak nyaman lagi nampaknya sangat logis. Merebaknya isu-isu sek bebas dan obat-obat terlarang menjadikan orang tua khawatir untuk menyekolahkan anak mereka di Yogyakarta.

Tanggungjawab siapa?
Mengingat begitu besarnya pengaruh jumlah mahasiswa pada kondisi ekonomi masyarakat, tanggungjawab mengenai antisipasi menurunya jumlah mahasiswa harusnya bukan hanya dilimpahkan pada perguruan tinggi. Pemerintah daerah yang ada di lingkungan DIY memiliki tanggungjawab besar dalam memasarkan kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Pemerintah Yogyakarta yang secara finansial kuat hendaknya membantu pt memasarkan keunikan-keunikan yang ada di Yogyakarta keseluruh daerah di Indonesia. Hal ini akan menguntungkan bukan hanya bagi keberlangsungan perguruan tinggi, tetapi juga bagi masyarakat dan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri.
Kerjasama antara pemerintah daerah dengan perguruan tinggi sangat diperlukan. Kerjasama yang bisa dilakukan bisa dalam bidang promosi, penelitian maupun dalam pengembangan. Dengan mempromosikan seluruh kelebihan-kelebihan kota Yogyakarta ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung akan memperbaiki citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Disamping itu jangan lupa pemerintah harus mengeliminir sedini mungkin masalah-masalah penyakit masyarakt; pergaulan bebas, narkoba, perjudian dan lain-lain yang saat ini justru merebak dilakukan oleh para mahasiswa.
Untuk mendukung dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pendidikan di Yogyakarta. Pemerintah perlu melakukan pembatasan berdirinya pts baru yang ada di kota ini. Dengan berjubelnya pts yang ada di kota ini, persaingan antar pts menjadi tidak sehat. Berbagai kecurangan sering kita dengar dilakukan oleh beberapa pts yang kekurangan mahasiswa. Tindakan menjual gelar, mempersingkat waktu kuliah dengan hanya membayar atau jual beli nilai sering kita dengar di kota yang nota bene disebut kota pendidikan ini.
Yang terakhir, nampaknya diperlukan adanya media komunikasi yang intensif antara perguruan tinggi dengan pemerintah kota maupun pemerintah daerah yang ada di seluruh Yogyakarta. Komunikasi ini dimaksudkan untuk menemukan beberapa peluang sekaligus kekurangan-kekurangan baik dari pt maupun pemerintah yang bisa mempengaruhi citra Yogyakarta sebagai kota pelajar. Mudah-mudahan dengan kerjasama ini akan meningkatkan jumlah mahasiswa luar daerah yang datang ke kota ini. Sehingga Yogyakarta akan tetap menjadi representasi Indonesia; Never Ending Asia. Semoga. Wallhua’lamu bishshawab.

0 comments: