Sponsor Links

Tuesday, June 22, 2010

Pentingnya Sikap Sabar

Pentingnya Sikap Sabar
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
(Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Banyak sekali ayat Al-Quran yang menyatakan pentingnya sikap sabar. Orang yang bersabar adalah orang yang paling dekat dengan Allah. Allah berjanji akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Oleh karena itu sikap sabar adalah modal utama dalam kehidupan ini. Dengan kesabaran, segala cobaan akan mampu kita selesaikan dengan baik.
Setiap manusia akan mengalami penderitaan baik pederitaan yang bersifat lahir maupun batin. Rasa jengkel dan kecewa merupakan perasaan yang paling sering dialami oleh manusia. Jika seorang individu menemukan sesuatu yang tidak disukai atau tidak memenuhi apa yang diharapkan, maka ia akan merasakan kejengkelan yang mendalam. Kejengkelan ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi-jadi. Ada orang yang jengkel hanya hal-hal yang sepele, tetapi ada juga orang yang hanya jengkel jika terjadi sesuatu yan sudah keterlaluan. Persaan jengkel yang mudah mungcul ini kalau dibiarkan akan merugikan diri sendiri. Karena hal ini akan menimbulkan tindakan-tindakan yang diluar nalar. Tindakan ini bisa berakibat fatal dan akan memperburuk keadaan. Seperti contoh tatkala ada seorang yang jengkel kepada pasangannya yang terlalu lama melakukan sesuatu padahal janjinya hanya sebentar. Sementara si lelaki sudah menunggu lama. Karena si lelaki tidak mampu menahan perasaan jengkelnya maka ia pergi meninggalkan si perempuan dengan harapan perempuan itu akan menyadari kelalaiannya.
Tindakan lelaki ini secara tidak langsung memang akan menyadarkan pasangannya. Namun hal itu tidak serta merta akan merubah sikapnya itu. Karena ia justru akan berdalih dengan berbagai hal untuk tidak disalahkan. Padahal dalam waktu yang bersamaan. Mereka telah mengalami kerugian waktu dan mungkin materi yang tidak sedikit. Karena ketidaksabaran yang dilakukan ia akan rugi waktu karena waktu untuk melakukan tindakan itu menjadi lebih lama. Si perempuanpun akan menunggu lelaki yang pergi itu. Disamping itu si lelaki juga akan mengalami kerugian waktu dan sekaligus kerugian materi yang berupa biaya yang harus dikeluarkan saat melakukan tindakan meninggalkan si perempuan. Bukan hanya itu keduanya juga akan mengalami kerugian secara emosional. Kekecewaan ini akan membuat keduanya bersitegang karena kekecewaan yang berkepanjangan. Ditambah lagi aspek kejiwaan yang diakibatkan oleh semakin besarnya kekecewaan keduanya.
Rasa jengkel dan kecewa yang kita temui dalam hidup ini bukan untuk untuk diekpresikan membabibuta tampa mempertimbangkan resiko pada diri kita. Tetapi semua yang terjadi dalam hidup kita harus kita resapi sebagai bagian dari proses kehidupan kita. Tidak ada manusia yang sempurna sebagaimana tidak ada manusia yang seutuhnya salah. Dua aspek kebaikan dan keburukan atau kelebihan dan kekurangan akan selalu hadir dalam setiap manusia. Oleh karena itu yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita mengolah perasaan itu agar bisa menjadikan intropeksi diri kita agar kekuangan dan kelemahan yang ada dalam diri kita itu bisa kita minimalisir sedemikian rupa sehingga kita akan mengantisipasi kesalahan sebaik mungkin.
Agar kita tidak mengalami kerugian yang tidak perlu atas segala sesuatu yang kita hadapi adalah kesabaran. Kesabaran merupakkan sikap yang paling bijaksana atas segala persoalan. Sikap menggerutu atau bahkan melakukan tindakan yang tidak proporsional akan merugikan diri kita sendiri. Oleh karena itu yang perlu kita lakukan saat ini adalah melatih diri untuk tidak bersikap emosional. Mental kita harus kita gembleng setiap saat agar kebal dalam menghadapi segala cobaan dan persoalan.
Selain latihan mental, yang paling penting dalam mengendalikan perasaan adalah kesadaran kita akan keberadaan Allah swt. Keberadaan Tuhan sebagai maha menguasai atas segala sesuatu termasuk apa yang ada dalam diri kita merupakan benteng yang paling ampuh dalam mengendalikan emosi seseorang. Memang kita sering merasa jengkel dengan segala hal dalam kehidupan kita. Bukan hanya akibat orang lain, tetapi terkadang kitapun sering jengkel dengan diri kita sendiri. Kekurangan, kelemahan dan ketidakmampuan kita meraih sesuatu sering menjadikan kita jengkel atau kecewa dengan diri kita sendiri.
Kesadaran akan kekuasaan Allah dalam diri kita akan berdampak ketenangan dan tentu berakibat kesabaran kita semakin kuat. Allah sebagai Tuhan semesta alam maha tahu atas apa yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu tidak sewajarnya jika kita merasa wawas atas apa yang akan menimpa diri kita. Wallahu’alam bishshawab.

Yogyakarta, 15 Februari 2008

0 comments: