Sponsor Links

Monday, July 5, 2010

Mendidikan dengan Kasih Sayang

Mendidikan dengan Kasih Sayang

Mungkin karena kesalahan orang tua kita yang mendidik kita untuk marah. Semasa kecil kita sering dilarang melakukan kesalahan. Bahkan kita sering diingatkan dengan gertakan dan bentakan. Hal itu tertanam di dalam diri kita sehingga kita tidak bisa melembutkan suara kita ketika kita mengajari orang.
Kita lebih suka mengajar dengan hukuman. Ibarat pengembala kita sering menyamakan manusia dengan binatang. Seolah manusia tidak bisa diingatkan dengan kata-kata sebagaimana binatang. Walhasil, kita sering memukul, memaki bahkan mengumpat anak didik kita sendiri.
Padahal kalau kita tahu, mereka berbeda dengan binatang. Meraka punya perasaan, punya harga diri. Mendidik manusia jangan pernah menggunakan kata-kata kasar apalagi dengan tindakan; memukul, menjewer dan menampar. Hal itu bukanlah cara terbaik bagi pendidikan manusia. Manusia itu penuh dengan perasaan. Kata-kata yang menghujat, menghina dan meremehkan sudah sangat menyakitkan. Hal itu justru akan melahirkan kondisi bertentangan. Orang yang dihujat, diremehkan akan semakin melakukan perlawanan dan bukan penyadaran.
Lahirnya orang-orang putus asa dan balas dendam adalah hasil dari pendidikan yang salah. Mereka yang sudah terbiasa dengan model pendidikan penggembala tidak akan mudah sadar jika hanya diperingatkan dengan kata-kata. Itulah yang saat ini sudah menggurita di masyarakat kita. Mereka sudah sangat sulit diingatkan sehingga merajalela kemana-mana. Hanya penjara yang akan menjadi rumah singgah mereka, itupun belum tentu menyadarkan meraka.
Pembelajaran yang efektif adalah dengan kasih sayang. Hukuman adalah keterpaksaan. Itupun jika memang diperlukan. Karena pemikiran memubutuhkan hati yang jernih dan ketulusan. Semakin kita mampu meraih perhatian dengan kasih sayang, maka akan semakin baik juga daya tangkap anak didik terhadap pelajaran yang kita ajarkan. Penghargaan dan belaian adalah cara terbaik memberikan bimbingan. Mereka akan lebih dekat dengan kita, karena kita dapat memegang hati meraka. Tapi sebaliknya jika makian, maka mereka akan menjadi musuh kita. Dengan begitu tidak mungkin kita menanamkan sesuatu jika kita bermusuhan dengan mereka.
Hubungan pengajar dan yang diajar adalah hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja atas kegagalan, tetapi dua-duanya bertanggungjawab. Sepintar apapun guru atau pengajar, tetapi murid tidak taat kepada mereka, maka tidak akan pernah tercipta pendidikan sukses, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu dua-duanya haruslah seimbang dan saling mendukung. Dengan demikian, akan tercapai keharmonisan yang akan melahirkan prestasi yang memuaskan. Sebagaimana sebuah kendaraan, tidak akan jalan jika salah satu bagian tidak berfungsi sebagaimana yang diinginkan.
Mulailah dengan ketulusan. Karena mendidik adalah sebuah transfer pengetahuan. Hati yang tulus akan melahirkan tindakan yang tulus pula. Hanya dengan begitulah nanti akan melahirkan generasi yang berjaya di masa depan. Semoga... amin...!
Yogyakarta, 5 Juli 2010 jam 10:48

0 comments: