Sponsor Links

Thursday, August 5, 2010

Ikhlas Mengemban Amanah

Ikhlas Mengemban Amanah


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.
(Al-Anfal 27)

Kehidupan adalah sebuah amanah yang sangat mulia bagi setiap manusia. Setiap orang memiliki amanah dari Allah swt, untuk memberikan kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Dalam konsep yang lebih besar, manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah. Beribadah dalam arti bahwa setiap tindakan harus dapat memberikan kemanfaat bagi seluruh alam.

Sayangnya banyak diantara kita yang terlena dengan kenikmatan dunia. Kita cenderung mengorientasikan hidup kita untuk diri sendiri. Kita abaikan amanah terbesar kita, yaitu untuk kebaikan bersama. Kita sering menganggap orang lain sebagai bukan apa-apa, tidak berarti, atau bahkan musuh dalam hidup kita. Walhasil, dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak bersemangat di dalam menjalani kehidupan ini, terutama jika apa yang kita lakukan tidak mendapat imbalan dari manusia.
Dalam lingkup yang lebih sempit, kita sering melalaikan amanah di lingkup pekerjaan kita. Kita tidak sungguh-sungguh mengerjakan apa yang sudah menjadi tanggungjawab kita. Secara sembunyi-sembunyi atau bahkan terang-terangan banyak diantara kita yang mengurangi waktu bekerja, atau tidak mengerjakan sesuai yang seharusnya. Ironisnya, kita sudah digaji dan bahkan sepanjang hidup kita tergantung dari lembaga dimana kita bekerja.

Kita sering mengeluh dengan kondisi yang kita hadapi di kantor. Kita menyalahkan orang lain. Kita sering menyalahkan bawahan atau bahkan atasan, atas kebijakan yang tidak sesuai dengan hati kita. Walhasil, kita pun tidak kooperatif terhadap segala tanggungjawab yang seharusnya kita kerjakan secara sungguh-sungguh.

Kerja sebagai ibadah
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….”
(an-Nahl: 90)

Hidup kita semata-mata hanya untuk beribah kepada Allah. Jadi apapun yang kita lakukan tidak lain hanya untuk mencari ridho Allah. Kita sudah semestinya tidak mudah mengeluh apalagi putus asa terhadap segala kondisi yang kita hadapi dalam kehidupan ini.

Apapun yang kita kerjakan sepanjang untuk kebaikan, maka harus dikerjakan secara sungguh-sungguh. Jika orientasi kita hanya untuk mengabdi kepada Allah maka kita harus mengerjakan apapun itu dengan tidak mengharap imbalan dunia semata. Allah adalah tujuan dari sagala apa yang kita lakukan. Kalaupun ada imbalan dunia, maka itu bukan orientasi utama kita.

Orientasi hidup kita harus ingin selalu memberi yang terbaik. Baik untuk keluarga, kerabat maupun untuk umat manusia. Memberi lebih baik dari pada menerima. Karena kita mengemban amanah memberikan bukan meminta. Untuk itu tidak sepantasnya seorang muslim meminta imbalan kepada manusia, kecuali memang sudah menjadi hak kita. Menjadi orang yang hanya selalu meminta menunjukan bahwa kita adalah orang yang lemah. Orang lemah di dalam Islam sangat tidak dianjurkan. Kita harus menjadi orang yang kuat lahir, batin; yaitu orang yang bisa mengayomi dan memberikan segala bantuan kepada orang lain.

Agar semangat hidup kita selalu membara dalam mengarungi hidup ini, kita harus berorientasi pada kehidupan jangka panjang. Yaitu apa yang kita kerjakan tidak harus mendapat imbalan pada saat ini. Karena kita yakin apapun itu, imbalannya pasti ada. Imbalan tidak harus yang berupa materi duniawi, tetapi imbalan bisa berupa pahala dari Allah, persaudaraan, juga imbalan yang berupa materi sesaat, berupa uang. Imbalan terbaik adalah pahala dari Allah swt. Sedangkan imbalan jangkan menengah adalah eratnya persaudaraan antara kita dengan saudara-saudara kita.

Imbalan yang berupa persaudaraan adalah imbalan jangka menengah. Imbalan ini akan kita nikmati dengan semakin banyaknya rezki berupa kasih sayang dan kepercayaan dari saudara-saudara kita. Logikannya, jika kita mengerjakkan sesuatu dengan baik, maka setiap orang akan mempercayai kita dengan pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Dengan demikian kita akan menjadi harapan dan tumpuan bagi mereka. Ini berarti peluang kedepan kita untuk mendapatkan saudara dan imbalan berupa materi secara otomatis akan kita peroleh.

Berbeda halnya dengan jika kita melakukan sesuatu hanya berorientasi pada jangka pendek, berupa materi. Kita pasti akan mengeluh ketika materi yang kita dapatkan tidak sesuai dengan standar yang kita harapkan. Kita akan putus asa dan bahkan memusuhi orang yang telah mempekerjakan kita. Ironis lagi kita akan mencaci saudara kita sendiri ataupun lembaga sendiri. Hal ini tentu akan berdampak pada kehidupan kita yang terpuruk. Kita akan kehilangan kepercayaan dan peluang yang lebih besar dalam hidup kita.

Kerja Ikhlash
Dengan demikian sudah sepantasnyalah kita mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Apalagi perkerjaan itu memang sudah menjadi tanggungjawab kita. Bekerja secara sungguh-sungguh akan memberikan pelayanan atau hasil yang maksimal.
Setiap orang kan merasa puas dengan apa yang kita kerjakan. Dengan demikian, kita tidak akan mengecewakan saudara-saudara kita. Jikalaupun ada kekurangan, itu bukan disebabkan karena niat kita yang tidak tulus, tetapi karena memang keterbatasan kita. Dengan demikian, kita tetap akan mendapat pahala karena niatan tulus kita.
Kerja ikhlas akan menjadikan hidup kita tenang. Hidup kita akan lebih puas karena telah berusaha sebaik mungkin untuk memberikan pelayanan. Kehidupan yang ikhlas juga akan mendatangkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Inilah sebabnya diperlukan pemahaman akan tujuan hakiki dari kehidupan kita, yaitu mencari ridho Allah swt. Wallahua’lam..

(Dimuat di Radar Jogja Senin 16 Agustus 2010)

0 comments: