Demi Waktu
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
(Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)
Sesungguhnya Manusia dalam kerugian.
Kecuali Orang-orang yang beramal shaleh dan
saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
(QS : Al-Ashr 1-3)
Demi waktu, bahwa kita dalam keadaan merugi. Kita sering melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sepanjang hidup kita; tenaga, waktu dan pikiran, sering kita gunakan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Ironisnya kita lebih suka menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak jelas tujuannya. Padahal jelas sekali Al-Qura’an mengajarkan kepada kita untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah.
Kita terlena dengan waktu luang kita. Waktu luang adalah saat-saat dimana kita berfikir tidak ada sesuatu yang harus kita kerjakan. Padahal, dalam hidup ini sebenarnya tidak ada waktu yang harus kita buang secara percuma. Kita bisa mengisi detik-detik hidup kita dengan aktivitas yang bermanfaat. Bahkan tidur saja itu bisa menjadi kegiatan yang bermanfaat jika detik-detik lainnya kita diisi dengan aktivitas produktif. Jadi tidur merupakan usaha membangun kekuatan atau memulihkan tenaga agar kita lebih kuat lagi untuk mengerjakan pekerjaan selanjutnya.
Untuk itu, perlu kiranya kita memformulasikan hari-hari dalam kehidupan kita dengan jadwal aktivitas yang teratur. Jadwal ini akan memberikan arah ataupun panduan kepada kita akan apa yang harus kita kerjakan pada setiap detiknya. Pasalnya, kebanyakan dari kita itu terbunuh oleh waktu dan usia. Waktu luang yang kita gunakan untuk sesuatu yang sia-sia atau tidak produktif akan membawa kita pada kematian yang sia-sia. Waktu adalah pedang, jika kita tidak pandai menggunakannya. Maka kitalah yang akan terbunuh dengan waktu. Demikian juga dengan usia. Usia adalah masa dimana kita memiliki batas waktu. Dimana batas akhirnya pun tidak ada yang tahu. Batas waktu usia adalah rahasia Allah atas manusia. Allah sengaja tidak memberi tahu kapan kehidupan kita berakhir karena Ia ingin menguji sejauh mana keimanan dan komitmen aplikasi keimanan dalam hidup kita. Itulah sebabnya manusia harus berkarya dengan ibadah sebanyak-banyaknya guna mempersiapkan diri agar siap dipanggil kapan pun juga.
Semakin banyak aktivitas produktif dalam hidup kita, semakin banyak juga kemungkinan amal ibadah kita. Kita bekerja untuk dunia dapat dikatakan ibadah jika kita bekerja sesuai dengan ajaran agama atau tidak melanggar hukum agama. Kita bekerja dengan sungguh-sungguh untuk kebaikan umat manusia adalah jihad yang sangat besar pahalanya di sisi Allah swt. Apalagi kehidupan kita diisi dengan ibadah-ibadah yang sudah jelas-jelas untuk Allah swt. Kita solat, kita puasa, zakat dan naik haji merupakan bukti keimanan kita, dan keimanan itu akan terpancar dari gerak-gerik kita di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkomunitas. Semakin sholih kita, berarti kita harus lebih banyak memberi daripada meminta.
Setiap muslim dianjurkan menjadi orang kuat. Orang yang kuat adalah orang yang kuat secara lahir dan batin. Orang yang kuat secara lahir berarti ia mampu berdiri sendiri. Ia mampu berkarya dalam kehidupannya sesuai dengan bidang yang ditekuni. Dengan demikian, ia akan dapat lebih banyak memberi daripada meminta. Sedangkan orang yang kuat batinnya. Ia akan tabah menghadapi cobaan, hambatan dan rintangan. Sehingga ia bagaikan pelita dalam kegelapan persoalan suadara-saudarannya. Orang yang kuat secara batin akan menjadi panutan. Ia tidak pernah mengeluh dengan kesulitan hidup ini. Ia tidak mudah menyerah dengan segala kondisi hidup ini. Bahkan ia mampu memberi semangat kepada saudara-saudaranya agar bangkit dan terus berjalan menuju Sang Pencipta. Ia benar-benar menyadari bahwa semua kehidupan adalah cobaan sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tidak ada yang perlu ditakuti dan disesali. Setiap makhluk yang sudah terlahir di muka bumi, maka apapun kondisinya kehidupan harus jalan terus. Tidak boleh berhenti. Tidak boleh menyerah. Sebelum sampai pada tujuan hakiki kehidupan, yaitu Allah swt. Semoga kita dimudahkan untuk mencapainya. Amien....
Saturday, September 4, 2010
Demi Waktu
Posted by Wajiran, S.S., M.A. at 7:54 AM 0 comments
Subscribe to:
Posts (Atom)