Sponsor Links

Saturday, August 21, 2010

Membangun Militansi di Organisasi

Membangun Militansi di Organisasi
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
(Kepala Pusat Bahasa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Pengertian organisasi
Organisasi berasal dari kata organon yang diartikan sebagai alat. Yaitu suatu alat dari suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama (Wikipedia). Dengan istilah lain, organisasi digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, material, mesin, metode, maupun lingkungan, juga sarana-parasarana, data, dan yang lain. Orang-orang yang berada di organisasi tersebut bekerja dan menggunakan segala fasilitas secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama (Efendi dkk. 1976). Dalam pengertian ini menunjukan bahwa peranan pimpinan menjadi ujung tombak jalannya organisasi. Pemimpin adalah pengarah dan penggerak dari semua komponen untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Sementara itu, James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama (Willies, 1996). Pengertian ini mengacu pada setiap bentuk perserikatan atau perkumpulan. Meskipun tidak disebutkan peranan sentral dari seorang pemimpin, tetapi umumnya sebuah perserikatan memiliki seorang penggerak dari perkumpulan tersebut. Dengan demikian, setiap perkumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi.
Ketiga, Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Wikipedia).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama. Penyatuan tersebut merupakan sebuah bentuk agar sekelompok orang tersebut memiliki kekuatan dan efektifitas di dalam mencapai suatu tujuan. Itulah sebabnya, sebuah organisasi dianggap baik jika organisasi memiliki komponen-komponen yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.
Orang-orang yang terlibat di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Mereka saling bekerja sama, untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula. Namun demikian, rasa keterkaitan ini bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Tetapi sebaliknya, perubahan yang konstan di dalam keanggotaan akan terus terjadi.
Partisipasi
Sebuah perkumpulan dapat dikatakan sebagai suatu organisasi jika ada partisipasi dari setiap komponen di dalam perkumpulan tersebut. Setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi, setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi:
1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:
1. Pikiran (psychological participation)
2. Tenaga (physical partisipation)
3. Pikiran dan tenaga
4. Keahlian
5. Barang
6. Uang

Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektifitas tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.
Bertolak dari pemahaman tersebut di atas, maka sudah sepantasnyalah jika kita berperan aktif di dalam organisasi dimana kita berada. Perankita sebagai bawahan adalah menjalankan fungsi dan tugas yang sudah ditentukan. Sedangkan peran kita sebagai pemimpin atau atasan adalah memberikan arahan, motivasi dan koordinasi dari semua komponen untuk bersama mencapai tujuan. Mengkomunikasikan tujuan bersama adalah tanggungjawab utama dari seorang pemimpin organisasi. Semakin efektif pemimpin mengkoordinasi dan menginstruksi bawahan, maka semakin sukses pula organisasi itu mencapai tujuan. Semoga.... wallahua’lam.

Thursday, August 19, 2010

Lailatul Qadar

Lailatul Qadar




"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al Qadar [97] : 3-5)

Allah swt memberikan begitu banyak kebaikan dan kemudahan bagi umat manusia di muka bumi. Selain dilipatgandakan pahala bagi setiap kebaikan, pada bulan puasa Allah menurunkan malam yang disebut dengan lailatul qodar. Yaitu suatu malam dimana Allah memberikan sagala rahmat bagi siapa saja yang menemuinya. Seseorang yang menemui lailatul qodar akan menemukan kedamaian, kesejukan dan barokah dari Allah Swt. Dalam beberapa sumber menyebutkan bahwa lailatul Qodar adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an.
Nabi Muhammad saw selalu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir dari bulan romadhan dengan berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya. Pada sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Sebagaimana istri beliau –Ummul Mu'minin Aisyah ra berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya." (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu 'anha juga mengatakan,
"Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima',pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari & Muslim)
Ibada-ibadah yang dilakukan pada saat sepertiga terakhir di bulan ramadhan meliputi; shalat, membaca Al Qur'an, dzikir, sedekah dan lain sebagainya. Bukan melakukan hal-hal yang bersifat duniawi sebagaimana yang banyak dilakukan orang sekarang. Seperti yang kita tahu jika memasuki sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan kita lebih disibukan dengan berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan untuk persiapan lebaran (hari raya). Inilah hal ironis umat muslim saat ini yang lebih mengutamakan sepirit glamor keduniaan dibandingkan dengan meluangkan waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Lihat saja bagaimana pada saat akhir-akhir romadhon setiap orang sudah sibuk dengan persiapan mudik, berjubel di berbagai pusat perbelanjaan sedangkan masjid sudah mulai kosong.

Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Kita tidak pernah mengetahui kapan pastinya malam lailatul qodar itu turun. Oleh karena itu sebagai seorang muslim yang taat, pada sepertiga dari bulan ramadhan itu sepenuhnya kita perjuangkan untuk tetap menjalankan ibadah secara sungguh-sungguh. Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar adalah agar dapat dibedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut. Dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak.
Mengenai informasi kapan datangnya lailatu qadar dapat kita pahami dari beberapa hadits Rasulullah saw. Sebagaimana sabda Nabi Saw, Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
"Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." (HR. Bukhari)
"Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari)
"Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa." (HR. Bukhari)

Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar
1) Udara dan angin sekitar terasa tenang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
2) "Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan." (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
3) Malaikat turun membawa ketenangan, sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
4) Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya, sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
5) Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih. Dari Abi bin Ka'ab bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,"Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik." (HR. Muslim)
I’tikaf
Untuk dapat menemui malam lailatul qodar kita harus memperbanyak amalan ibadah secara sungguh-sungguh mendekatkkan diri kepada Allah. Ibadah yang mungkin jarang kita lakukan di luar bulan ramadhan adalah i’tikaf. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa Iktikaf berarti berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah Swt. I’tikaf dapat dilakukan dengan sholat tahajud, membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada Allah Swt.
I’tikaf ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi diri akan kehidupan kita yang penuh dengan berbagai kekurangan. Kita dapat memohon ampun atas segala khilaf dan memohon kekuatan agar kita diberi kekuatan dan kemudahan untuk dapat memperbaiki diri di dalam kehidupan ini.
Marilah kita berusaha sekuat tenaga menghabiskan waktu-waktu kita dengan berdiam diri di Masjid. Kita isi hari-hari kita dengan membaca Alqur’an, dzikir, memperbanyak sholat sunnah. Semoga Allah meridhoi kita untuk dapat menjumpai malam kemuliaan tersebut. Semoga ...