Sponsor Links

Thursday, August 5, 2010

Amanah Berbuat Adil

Amanah Berbuat Adil




“ Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah kepada yang berhak dengannya dan apabila kalian menghukumi diantara manusia, maka hukumilah dengan adil. Sesungguhnya Allah yang paling baik menasehati kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (An-Nisa: 58).


Saat ini banyak orang putus asa dengan kehidupan ini. Pasalnya banyak orang yang diberi amanah menjadi pemimpin, tetapi tidak mengemban amanah itu secara baik. Amanah itu justru dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga atau golongannya. Ironisnya sebelum diberi amanah,berupa jabatan, mereka berjanji bahkan bersumpah dengan nama Illahi untuk mendapat simpati.

Kejadian yang terjadi di gedung DPR/MPR hanya bagian kecil dari bukti keputusasaan rakyat kecil untuk mengingatkan para pemimpin yang tidak adil. Kata-kata tidak didengar lagi. Demo sudah bukan barang baru, bahkan sekedar menjadi intertainment semata. Walhasil, wajarlah jika lahir tindakan-tindakan “destruktif” seperti yang dilakukan pak Pong dan kawan lainnya. Jika kritik sudah tidak mempan lagi apalagi hanya sekedar saran dan kritikan.

Jika para pemimpin sudah tidak lagi mengindahkan nasehat para ulama’ di negeri ini, maka siapa lagi yang dapat diandalkkan oleh rakyat kecil. Hasilnya adalah ketidak percayaan, sehingga setiap orang akan dengan caranya sendiri mengekspresikan kekecewaan dan kekesalan terhadap para pemimpin mereka. Hal itu tentu akan melahirkan tindakan destruktif yang berkepanjangan.

Pemimpin yang adil
Saat ini memang sangat sulit mencari pemimpin yang dapat di percaya. Hal ini terbukti dengan semakin terpuruknya lembaga-lembaga hukum kita. Lembaga hukum kita telah tercoreng dengan ditemukannya beberapa oknum yang terlibat dalam korupsi dan kolusi. Jika lembaga hukum saja demikian, bagaimana dengan lembaga-lembaga yang lain? Jawabanya, tentu akan lebih para dari itu.

Pemimpin yang adil akan mengemban amanah sesuai yang telah ditetapkan atau dijanjikan. Ia akan konsisten mencapai tujuan dengan tindakan-tindakan mulia, yaitu dengan cara yang benar, dengan tidak mengorbankan kepentingan rakyatnya. Pemimpin yang adil tidak akan mengorbankan bawahan demi kepentingan dirinya bahkan kepentingan organisasinya. Pemimpin yang adil harusnya justru berani berkorban untuk orang lain terutama bawahan agar bawahannya mendapatkan hak sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

Dalam konsep yang sederhana, pemimpin adalah orang yang dipercaya mengemban amanah untuk mewakili kepentingan organisasinya (dalam kontek negara, rakyat). Pemimpin yang adil tidak akan melakukan atau memutuskan sesuatu tanpa landasan kebenaran. Apapun yang terjadi dengan organisasi, pucuk pimpinan bertanggungjawab atas segala sesuatunya. Sehingga keputusan apapun dan kebijakan apappun sangat tergantung dengan kebijakan pimpinan itu sendiri. Jika pemimpin dapat bersikap adil, dalam arti menempatkan segala sesuatu sesuai dengan ketentuannya, maka sinergi organisasi itu akan semakin baik. Jika sinergi ini dalam kondisi yang baik, maka organisasi itu akan semakin mudah mencapai tujuan bersama. Namun berbeda halnya jika pemimpin tidak bisa menempatkan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan. Sudah dapat dipastikan jalan organisasi akan pincang. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya sinergi di dalam organisasi tersebut.

Ketidakadilan dapat berakibat fatal dalam kehidupan. Kondisi ini akan menimbulkan berbagai persoalan sosial akibat persaingan yang tidak sehat. Bahayanya lagi, ketidakadilan akan melahirkan kecemburuan sosial yang berakibat pada dihalalkanya segala cara untuk meraih jabatan. Kondisi ini pernah melanda umat islam, pada zaman kekhalifahan. Seperti yang digambarkan oleh KH Abdurrahman Muhammad (2009); “…caci maki dan fitnah terhadap keluarga Ali tidak saja dilakukan di wilayah privat, tapi juga di tempat-tempat umum, bahkan di masjid-masjid. Tak sedikit di antara para Khatib yang memanfaatkan mimbar Jumat sebagai ajang caci maki terhadap Ali dan keluarganya. Padahal, semua orang tahu bahwa Ali adalah orang pertama dari kelompok anak muda yang masuk Islam. Ia kelurga dekat, juga menantu kesayangan Rasulullah SAW. Ali mengikuti hampir semua peperangan menghadapi kaum kafir.”
Kejadian seperti itu tentu tidak boleh terulang kembali di kalangan umat Islam. Sesama muslim hendaknya mempererat persaudaraan dan ukhuah islamiah. Kalaupun ada pertentangan atau perbedaan hendaknya diselesaikan secara musyawarah. Hal itu akan lebih meredam perpecahan dan permusuhan.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menciptakan sinergi dalam organisasi. Yaitu kondisi dimana setiap komponen dalam komunitas itu memiliki rasa memiliki dan bersemangat untuk menjalankan tanggungjawabnya masing-masing.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memulai segala kebaikan dari pucuk pimpinan. Pemimpin adalah representasi dari setiap orang yang ada di bawahnya. Ia adalah representasi dari organisasi yang dipimpinnya. Jika pemimpin sudah sesuai dalam menjalankan amanah kekpemimpinan, secara otomatis menggerakan bawahan akan semakin mudah. Karena bawahan tidak akan membangkan dan akan lebih menghormati pemimpin yang amanah. Tetapi berbeda halnya jika pemimpin itu dholim. Pemimpin dholim; pilih sih atau tidak adil, maka akan lehir bawahan yang tidak sinergi dan tidak akan mengikuti bahkan menentang atasan mereka.

Kedua, seorang pemimpin harus transparan terhadap kebijakan-kebijakannya. Kebijakan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, yaitu bawahan. Jika pemimpin dapat memusyawarahkan segala keputusan dan ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban bawahannya, insya Allah bawahan akan menerima dengan lapang dada dan tidak akan membangkan dengan ketentuan pimpinannya. Oleh karena itu, pemimpin yang adil harus bersikap lapang dada dan terbuka terhadap segala ketentuan yang dibuat bersama. Tidak ada yang diistimewakan atas setiap komponen yang ada di dalam lembaga tersebut.

Ketiga, seorang pemimpin hanya akan mengambil keputusan jika sesuatu itu sudah dapat dibuktikan. Idealnya seorang pemimpin harus bijaksana terhadap segala persoalan. Ia tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang berkembang, terutama yang berkaitan dengan persoalan di lembaga sendiri. Karena bisa jadi, orang-orang di sekelilingnya akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapat simpati dari pemimpinnya. Dengan demikian, orang-orang yang berkepentingan akan menyebarkan fitnah terhadap golongan lain di dalam lembaga itu. Jika ini terjadi maka akan terjadi perpecahan, yang berarti juga akan mengurangi kekuatan atau bahakn menghancurkan organisasi itu sendiri.

Keempat, seorang pemimpin tidak suka menghukum, tetapi lebih suka memberi motivasi. Tugas ini adalah tugas yang sangat berat. Tetapi kalau kita melihat pola kepemimpinan Rasulullah saw, kita akan menemukan betapi beliau lebih banyak memotivasi orang-orang yang berbuat salah ketimbang memberi hukuman. Contoh saja ketika ada seseorang yang mengadu bahwa dirinya telah batal menjalankan puasa, karena ketidakmampuannya terhadap istrinya. Maka tidak sertamerta, Rasulullah menghujatnya sebagai manusia berdosa. Tetapi dengan bijaksana beliau mengajari dan menyarankan hamba itu berbuat sesuatu yang lebih baik. Inilah contoh pemimpin yang diharapkan oleh setiap manusia sepanjang jaman.

Kelima, seorang pemimpin lebih banyak memberi contoh daripada menegur. Dalam setiap kesempatan kita tentu melihat bagaimana pola kepemimpinan di lingkungan kita. Seorang pemimpin ditakuti, tetapi bukan dihormati. Kalaupun ada yang dihormati itu sementara saja saat pemimpin itu ada di depan mata, tetapi ketika pemimpin sudah pergi akan menjadi bahan caci maki. Coba lihatlah bagaimana bisa seorang pemimpin di negeri yang mayoritas muslim, justru jadi cemoohan, ejekan dan hujatan. Hal ini tentu karena seorang pemimpin tidak dapat memberi contoh yang lebih baik dalam kehidupan ini.

Mudah-mudahan kesadaran kita akan pentingnya memimpin dengan amanah akan membawa kita pada kedamaian dan kesejahteraan bersama. Hal itu hanya akan terwujud jika kita meneladani pola kepemimpinan yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Semoga dengan usaha yang sungguh-sunggu kita akan diberi kekuatan untuk mengikuti pola kepemimpiannya. Amin..

0 comments: