Membangun Militansi di Organisasi
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
(Kepala Pusat Bahasa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)
Pengertian organisasi
Organisasi berasal dari kata organon yang diartikan sebagai alat. Yaitu suatu alat dari suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama (Wikipedia). Dengan istilah lain, organisasi digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, material, mesin, metode, maupun lingkungan, juga sarana-parasarana, data, dan yang lain. Orang-orang yang berada di organisasi tersebut bekerja dan menggunakan segala fasilitas secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama (Efendi dkk. 1976). Dalam pengertian ini menunjukan bahwa peranan pimpinan menjadi ujung tombak jalannya organisasi. Pemimpin adalah pengarah dan penggerak dari semua komponen untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Sementara itu, James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama (Willies, 1996). Pengertian ini mengacu pada setiap bentuk perserikatan atau perkumpulan. Meskipun tidak disebutkan peranan sentral dari seorang pemimpin, tetapi umumnya sebuah perserikatan memiliki seorang penggerak dari perkumpulan tersebut. Dengan demikian, setiap perkumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi.
Ketiga, Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Wikipedia).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama. Penyatuan tersebut merupakan sebuah bentuk agar sekelompok orang tersebut memiliki kekuatan dan efektifitas di dalam mencapai suatu tujuan. Itulah sebabnya, sebuah organisasi dianggap baik jika organisasi memiliki komponen-komponen yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.
Orang-orang yang terlibat di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Mereka saling bekerja sama, untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula. Namun demikian, rasa keterkaitan ini bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Tetapi sebaliknya, perubahan yang konstan di dalam keanggotaan akan terus terjadi.
Partisipasi
Sebuah perkumpulan dapat dikatakan sebagai suatu organisasi jika ada partisipasi dari setiap komponen di dalam perkumpulan tersebut. Setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi, setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi:
1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:
1. Pikiran (psychological participation)
2. Tenaga (physical partisipation)
3. Pikiran dan tenaga
4. Keahlian
5. Barang
6. Uang
Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektifitas tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.
Bertolak dari pemahaman tersebut di atas, maka sudah sepantasnyalah jika kita berperan aktif di dalam organisasi dimana kita berada. Perankita sebagai bawahan adalah menjalankan fungsi dan tugas yang sudah ditentukan. Sedangkan peran kita sebagai pemimpin atau atasan adalah memberikan arahan, motivasi dan koordinasi dari semua komponen untuk bersama mencapai tujuan. Mengkomunikasikan tujuan bersama adalah tanggungjawab utama dari seorang pemimpin organisasi. Semakin efektif pemimpin mengkoordinasi dan menginstruksi bawahan, maka semakin sukses pula organisasi itu mencapai tujuan. Semoga.... wallahua’lam.
Saturday, August 21, 2010
Membangun Militansi di Organisasi
Posted by Wajiran, S.S., M.A. at 4:07 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment