Kehidupan dan air
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
(Dosen Universitas Ahmad Dahlan)
Kehidupan itu ibarat air. Ia mengalir dan terus mengalir. Tidak ada kata berhenti sebelum bertemu dengan muara lautan, kematian. Laut adalah tempat peristirahatan sebentar. Laut adalah padang mahshar tempat semua orang dikumpulkan. Mereka menunggu balasan kebaikan dan keburukan selama dalam perjalanan menuju sang pencipta.
Setelah menunggu dan beristirahat beberapa lama. Mereka pun bergiliran pergi menemui sang pencipta. Air yang jernih akan terbang ke angkasa raya menemui penciptanya.
Hanya mereka yang telah terjih pikiran dan hatinya yang dapat bertemu dengan sang pencipta. Semakin jernih ia, maka semakin cepat ia terbang, karena akan semakin ringan. Air yang tulus suci akan menjadi penyejuk kehidupan bahkan kesuburan bagi bumi yang gersang.
Dalam perjalanannya air tidak pernah mengenal putus asa. Ia berprinsip mengarungi kehidupan dengan semangat pantang menyerah. Semakin sering ia bergerak maju, semakin jelas perubahan. Bahkan semakin sering ia bergerak, maka kejernihan batinnya akan segera nampak. Berbeda bagi mereka yang hanya mengendap di kubangan-kubangan. Meraka akan tetap keruh dan tidak terang. Oleh karena itu ia tidak pernah berhenti kecuali sebentar, ia menunggu waktu bergerak. Atau menanti sebentar karena menunggu pulihnya kekuatan. Air terus bergolak terus akan mencari celah sehingga dirinya dapat menggapai impian.
Ia tidak pernah putus asa meskipun dihadang dengan tembok yang membumbung tinggi. Tetapi sebaliknya jika ia bersabar ia akan menemukan jalan. Jalan yang ditempuh bisa yang melewati celah-celah dinding tembok. Jika tidak bisa ia akan menunggu teman-temannya menerjang dengan ombak yang dasyat. Jika tidak bisa juga maka ia akan terbang menjadi awan sampai akhirnya ia pun berhasil menemukan yang ia cari.
Dimanapun, ia selalu memberikan harapan akan kehidupan. Siapapun yang memandang, akan terpesona dengan tampangnya yang menawan. Siapapun yang meminumnya, ia akan menjadi penawar dahaga setiap orang. Siapapun yang merasakan embunnya, ia akan menjadi penyejuk bumi yang gersang. Ia pun dapat menumbuhkan tanaman-tanaman yang kehausan.
Ia tidak pernah mengeluh dengan dirinya yang selalu menjadi korban. Ia selalu melangkah, meskipun berliku, berkelok, bahkan melintasi jalan yang tak pernah lurus. Ia tidak pernah protes kepada Tuhan. Ia bahkan bersyukur dengan segala keadaanya. Ia berprinsip selalu memberikan kemanfaatan bagi kehidupan.
Mungkinkah kita dapat seperti air? Dapatkan kita meniru kehidupan air yang terus mengalir. Tidak mudah putus asa. Tidak mudah menyerah dengan tantangan. Tidak mudah berprasangka buruk kepada Tuhan. Tidak mudah marah dengan rintangan. Betapa mulianya seandainya kita dikaruniai Allah dengan sifat-sifat yang demikian. Subhanallah…
Thursday, July 22, 2010
Kehidupan dan air
Posted by Wajiran, S.S., M.A. at 5:50 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment